Profil Desa Pancurwening
Ketahui informasi secara rinci Desa Pancurwening mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Pancurwening, Wonosobo, sebuah desa vital yang menjadi sumber mata air jernih bagi kabupaten. Dikenal sebagai salah satu lumbung padi utama dan memegang peranan krusial sebagai pusat kegiatan konservasi sumber daya air di Wonosobo.
-
Sumber Mata Air Vital
Dikenal sebagai desa yang diberkahi banyak sumber mata air jernih (pancuran bening), menjadikannya pemasok utama air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Wonosobo.
-
Lumbung Padi Produktif
Memiliki bentangan lahan persawahan beririgasi teknis yang luas dan subur, menjadikannya salah satu lumbung padi terpenting di Kecamatan Wonosobo.
-
Benteng Konservasi Lingkungan
Memegang peran strategis dan tanggung jawab besar dalam upaya konservasi sumber daya air dan pelestarian daerah tangkapan air untuk keberlanjutan ekologis regional.
Dalam sebuah tatanan ekosistem, terdapat wilayah-wilayah yang memegang peran sebagai sumber kehidupan. Di Kabupaten Wonosobo, peran mulia tersebut disandang oleh Desa Pancurwening. Nama desa ini sendiri, yang berasal dari frasa Jawa "Pancuran Bening" atau mata air yang jernih, bukanlah sekadar nama, melainkan sebuah penegasan identitas. Terletak di Kecamatan Wonosobo, desa ini diberkahi dengan puluhan sumber mata air yang tidak hanya mengairi sawah-sawahnya yang subur, tetapi juga menjadi sumber air baku utama bagi ribuan masyarakat perkotaan. Profil Desa Pancurwening adalah cerita tentang sebuah amanah besar: menjaga anugerah air sebagai sumber kemakmuran agraris dan penopang kehidupan kabupaten.
Sejarah dan Filosofi `Pancuran Bening`: Amanah Menjaga Sumber Kehidupan
Sejarah Desa Pancurwening terjalin erat dengan keberadaan sumber-sumber airnya. Sejak zaman dahulu, para leluhur memilih lokasi ini sebagai permukiman karena jaminan ketersediaan air yang melimpah sepanjang tahun. Mata air-mata air tersebut, atau sendang, seringkali dianggap memiliki nilai sakral dan menjadi pusat kehidupan komunal, tempat warga mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari, mandi dan mengairi lahan pertanian mereka. Pemberian nama "Pancurwening" merupakan wujud rasa syukur sekaligus pengingat bagi setiap generasi akan tugas suci untuk merawat dan menjaga kejernihan sumber-sumber air tersebut.Filosofi ini terus hidup hingga sekarang. Masyarakat Pancurwening memandang diri mereka bukan sebagai pemilik, melainkan sebagai penjaga atau kustodian dari sumber daya air yang vital ini. Kesadaran kolektif inilah yang membentuk karakter desa dan menjadi landasan bagi berbagai upaya konservasi yang dilakukan secara turun-temurun, baik melalui kearifan lokal maupun program-program yang lebih modern.
Geografi Hidrologis dan Karakteristik Agraris
Secara geografis, Desa Pancurwening terletak di sebuah cekungan atau lembah yang subur, diapit oleh perbukitan yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air (water catchment area). Kontur wilayah seperti ini secara alami menyebabkan air tanah muncul ke permukaan dalam bentuk banyak mata air. Luas wilayah Desa Pancurwening adalah sekitar 218,7 hektare, di mana sebagian besarnya merupakan lahan basah berupa sawah beririgasi teknis.Batas-batas wilayah desa ini meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Wonolelo, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Bumireso, di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Rojoimo, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Tlogojati. Posisinya yang berada di dataran yang lebih rendah dibandingkan desa-desa di lereng gunung menjadikannya penerima aliran air permukaan dan bawah tanah yang melimpah.Berdasarkan data kependudukan terbaru dari BPS hingga tahun 2024, jumlah penduduk Desa Pancurwening tercatat sebanyak 5.125 jiwa. Dengan luas wilayahnya, tingkat kepadatan penduduknya berada di angka 2.343 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani, khususnya petani padi sawah, yang kehidupannya sangat bergantung pada sistem irigasi yang teratur. Selain itu, sebagian warga juga mengembangkan usaha perikanan air tawar sebagai sumber pendapatan tambahan.
Perekonomian yang Mengalir Bersama Air: Pertanian Padi dan Perikanan
Perekonomian Desa Pancurwening secara harfiah mengalir bersama air. Pilar utama yang menopang kehidupan masyarakat adalah pertanian padi sawah. Hamparan sawah hijau yang membentang luas menjadi pemandangan khas desa ini. Berkat pasokan air yang tidak pernah putus dari jaringan irigasi yang bersumber dari mata air-mata air desa, para petani dapat melakukan tanam hingga tiga kali dalam setahun, menjadikan Pancurwening sebagai salah satu lumbung padi andalan bagi Kecamatan Wonosobo. Produktivitas yang tinggi ini tidak hanya menjamin ketahanan pangan lokal tetapi juga memberikan kontribusi signifikan bagi stabilitas pasokan beras di tingkat kabupaten.Di samping pertanian padi, potensi air yang melimpah juga dimanfaatkan untuk sektor perikanan air tawar. Banyak warga yang membangun kolam-kolam ikan di pekarangan rumah atau di sela-sela lahan pertanian. Jenis ikan yang dibudidayakan umumnya adalah nila, lele, dan ikan mas, yang hasilnya dipasarkan di pasar-pasar lokal untuk memenuhi permintaan protein hewani masyarakat.Lebih dari itu, Desa Pancurwening memegang peran strategis sebagai pemasok air baku bagi PDAM Tirta Aji Wonosobo. Beberapa sumber mata air terbesar di desa ini telah dimanfaatkan dan dialirkan melalui sistem perpipaan untuk melayani kebutuhan air bersih bagi puluhan ribu pelanggan di kawasan perkotaan. Peran vital ini menempatkan Pancurwening dalam posisi yang sangat penting bagi keberlangsungan layanan publik di tingkat kabupaten.
Tata Kelola Desa Berbasis Konservasi Air
Pemerintah Desa Pancurwening, di bawah kepemimpinan Kepala Desa, menjalankan model tata kelola yang unik dengan fokus utama pada manajemen dan konservasi sumber daya air. Salah satu prioritas utama adalah memastikan distribusi air untuk pertanian berjalan adil dan merata. Hal ini dilakukan melalui pembinaan dan fasilitasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), sebuah organisasi sosial yang secara mandiri mengatur jadwal pengairan dan melakukan pemeliharaan rutin jaringan irigasi tersier.Di sisi lain, pemerintah desa menjadi garda terdepan dalam upaya konservasi. "Nama Pancurwening adalah sebuah amanah yang berat," ujar Kepala Desa Pancurwening. "Tugas kami bukan hanya sekadar memanfaatkan airnya. Yang terpenting adalah menjaga kelestarian ekosistem di sekitar sumber-sumber mata air agar debitnya tidak berkurang dan kualitasnya tetap jernih. Kami secara rutin menggalakkan program penanaman pohon di area hulu dan mengajak masyarakat untuk tidak membuang sampah di sungai." Inisiatif ini seringkali dilakukan melalui kolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Wonosobo dan berbagai komunitas peduli lingkungan.
Budaya Gotong Royong dalam Merawat Air dan Sawah
Kehidupan sosial di Desa Pancurwening sangat diwarnai oleh budaya agraris yang komunal. Semangat gotong royong masih sangat kental, terutama dalam aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan air dan sawah. Secara berkala, warga bersama-sama turun untuk membersihkan saluran irigasi dari sedimen dan gulma, sebuah kegiatan yang dikenal dengan istilah gebyuran. Selain itu, tradisi bersih sendang atau membersihkan area di sekitar mata air keramat juga masih sering dilakukan, yang tidak hanya memiliki fungsi ekologis tetapi juga fungsi sosial dan spiritual, mempererat ikatan antarwarga.Sistem pertanian sawah yang memerlukan kerja sama dalam pengaturan air secara alami membentuk masyarakat yang solid dan peduli satu sama lain. Musyawarah untuk mufakat menjadi mekanisme utama dalam menyelesaikan berbagai persoalan, termasuk dalam menentukan jadwal tanam atau mengatasi serangan hama.
Ancaman Lingkungan dan Prospek sebagai Desa Ekowisata
Tantangan terbesar yang membayangi masa depan Desa Pancurwening bersifat ekologis. Ancaman pencemaran sumber air dari limbah domestik maupun residu pestisida dari aktivitas pertanian menjadi isu yang serius. Selain itu, perubahan tata guna lahan di kawasan hulu atau daerah tangkapan air, seperti alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian, berisiko mengurangi debit mata air dalam jangka panjang. Menemukan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dan keharusan konservasi adalah sebuah pekerjaan rumah yang berkelanjutan.Namun di tengah tantangan tersebut, terbentang prospek yang cerah bagi Pancurwening untuk berkembang sebagai desa ekowisata atau desa wisata edukasi. Desa ini dapat menawarkan paket wisata yang unik, di mana pengunjung dapat belajar tentang pentingnya konservasi air, melihat sistem irigasi tradisional, hingga merasakan pengalaman menanam padi di sawah. Kejernihan air dan keindahan lanskap persawahannya merupakan modal yang sangat kuat. Dengan pengembangan yang terencana dan berbasis komunitas, Pancurwening tidak hanya akan terus menjadi sumber air dan pangan, tetapi juga menjadi sumber inspirasi tentang bagaimana hidup selaras dengan alam.